Sangkring Art | 6 in 1 (6 Artist, 6 Writer, 1 Roof)
21395
post-template-default,single,single-post,postid-21395,single-format-standard,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,select-theme-ver-3.4,stockholm-kudaterbang-net,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12.1,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-22345

6 in 1 (6 Artist, 6 Writer, 1 Roof)

IMG-20170412-WA0005

Menyatu Bukan Melebur

Spirit edukatif dan kolektif yang jadi nilai dasar diciptakannya Bale Banjar Sangkring akhirnya menemukan momen perwujudannya dalam pameran kali ini. Pameran ini mengajak enam seniman, yaitu: Anggar Prasetyo, Bob Yudhita Agung, Bunga Jeruk, Feintje Likawati, Putu Sutawijaya dan Yustoni Volunteero. Berangkat dari konsep Bale Banjar Sangkring sendiri, masing-masing seniman memamerkan karya mereka dalam ruang tunggal yang dipisahkan melalui sekat-sekat terbuka. Selain mendapatkan ruang sendiri, tiap seniman pun mendapat kuratorial sendiri, ini tak ubahnya pameran tunggal yang diadakan bebarengan. Hal ini adalah sebagai wujud semangat kolektif para seniman dalam merepresentasikan semangat generasi seni rupa angkatan 1991, sekaligus tetap mempertahankan karakter masing-masing karya agar tetap berdiri sendiri. Pameran tunggal secara kolektif ini pada akhirnya menjadi bentuk nyata dari spirit ruang paling baru di Sangkring Art ini.

Meski menyebut diri mereka dari angkatan 1991, enam seniman ini masih terlibat aktif di berbagai pameran dan kegiatan seni di medan seni rupa Indonesia hingga kini. Mereka juga konsisten mengeksplorasi topik yang sejak dulu digeluti. Anggar Prasetyo misalnya bereksplorasi dengan distorsi visual, memadukan teknik embos dan pencahayaan, ia seolah ingin membuat trik mengelabui mata untuk membicarakan ihwal persepsi. Bunga Jeruk pun masih konsisten mengangkat topik keseharian untuk membicarakan perjalanan manusia sebagai entitas personal maupun keberadaannya sebagai sebuah spesies. Sementara itu Bob Yudhita Agung kali ini mencoba sedikit keluar dari jalur pelukis-akademisnya dengan mengeksplorasi teknik automatisme yang meracaukan narasinya sendiri. Di ruang lain, Feintje Likawati bermain dengan konsep mimetis klasik seni Cina melalui lukisan potret anak-anak dan alasan sentimentil yang menjadikan karyanya cukup emosional walupun nampak sederhana. Begitu juga dengan Putu Sutawijaya lewat karya-karya panoramic-nya, ia bukan tengah melanggengkan seruan mooi indie, alih-alih ia sedang mencatat geliat alam lewat hal yang paling dikuasainya yaitu lukisan. Eksplorasi di ruang juga dilakukan Yustoni Volunteero lewat karya instalasinya yang berada di antara ranah fine art, fine craft dan desain.

Ke-khas-an masing-masing seniman dalam pameran di Bale Banjar Sangkring ini kemudian diharapkan bisa menyatu sebagai sebuah representasi tanpa harus meleburkan diri. Selamat menikmati!

Tim Sangkring Art

Mari Berbagi