“Salam Bekti” Pameran Tunggal Seni Rupa Karya Nasirun
Nasirun, ha ha ha …
Jauh sebelum mengenal tawa Mbah Surip,
Saya sudah akrab dengan tawa ha ha ha …
Tawa siapa itu gerangan?
Tawa Nasirun!
Di mana saja dan pada kesempatan apa saja,
bahkan ketika tiada celah untuk tertawa,
Nasirun selalu bisa meledak dengan ha ha ha …
Tampaknya dalam melukis pun, ia selalu tertawa.
Seserius apapun lukisannya, semuram apapun warnanya, dan sengeri apapun gejolak kanvasnya, gelak tawanya seperti sungai yang tak pernah berhenti mengalir.
Itulah sebabnya lukisannya mengalir dan mengalir, seakan tak ada kesudahannya.
Ia tak pernah bisa dihambat oleh apa pun dalam mengungkapkan isi hatinya yang selalu ingin tertawa.
Ia tak pernah bertanya apa yang harus ia lukis,
ia hanya melukis dan melukis karena didorong oleh keriangan hatinya untuk melukis.
Memang Nasirun seperti Petruk yang terus tertawa dan menghibur tanpa berpikir siapa dan apa yang harus dihiburkannya.
Kalau pun ia menggambarkan dirinya sebagai kiai, orang akan tetap melihat ada sesuatu yang dapat ditertawakan dalam diri kiai tersebut.
Kalau pun ia menggambarkan diri sebagai orang yang khusyuk dan sujud bersembahayang, orang tetap dapat merasakan aura tertawanya.
Memang Nasirun boleh menjadi apa saja,
tapi dalam lubuk hatinya yang terdalam ia adalah pelukis yang tertawa.
Tertawa, menertawakan lingkungannnya.
Tertawa, menertawakan lukisannya.
Tertawa, menertawakan dirinya ha ha ha ….
Sindhunata, 4 September 2009
Karya Nasirun
Proses Display dan Pembukaan Pameran