Sangkring Art | ADU DOMBA #2 oleh I Wayan Agus Novianto vs Dadang Kurnia @Sangkring Art Project
1209
post-template-default,single,single-post,postid-1209,single-format-standard,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,select-theme-ver-3.4,stockholm-kudaterbang-net,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12.1,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-22345

ADU DOMBA #2 oleh I Wayan Agus Novianto vs Dadang Kurnia @Sangkring Art Project

Pameran : ADU DOMBA #2
Oleh : I Wayan Agus Novianto & Dadang Kurnia
Pembukaan : Rabu, 3 Februari 2016, Jam. 19.00 wib
Penulis : Ida Fitri
Pameran berlangsung : 3 – 27 Februari 2016

 

Adu Domba #2 – Babak Ketegangan

Ida Fitri

Pidato pertama KGPAA Pakualam X pada acara Jumenengan Dalem 7 Januari 2016 menyatakan posisinya sebagai pengemban kebudayaan yang berada di situasi perubahan. Sejarah mencatat bahwa perubahan selalu membawa ketegangan yang perlu dikelola dengan negosiasi dari pihak-pihak terlibat untuk melaluinya dengan nyaman. Dua seniman ini –Wayan Novi dan Dadang Kurnia, memang tidak berorasi kebudayaan seperti sang Adipati, tetapi sama-sama sedang menempatkan posisinya sebagai pelaku kebudayaan dalam konteks seni rupa. Mereka membentangkan visualisasi  perubahan tersebut karena turut merasakan ketegangan yang subtil.

Wayan Novi menganggap alam benda merupakan medan perubahan. Karena ia menyaksikan perubahan di sekitarnya melalui benda-benda. Ia menghadirkan kembali benda-benda lama dari masa lalunya dalam kanvas. Biasanya benda-benda tampil di kanvas hanya sebagai pemanis, penguat situasi atau pengisi ruang agar tak kosong. Namun Wayan justru melukiskannya untuk menjadi fokus utama. Uniknya, ia kemudian mengaburkan lukisannya. Menggunakan teknik pointilis, ia membuat tabir atau vitragedari titik-titik menggunakan spidol bagi benda-benda yang dilukis dengan menyederhanakan bentuk. Sayu dan ragu, demikian kesan yang mengemuka. Seperti perasaan sayu saat menatap masa yang akan segera berlalu, sekaligus ragu menjemput yang baru.

Sementara di sisi lain, himpunan simbol dengan warna monokrom, hitam putih dan sangat sedikit warna lain, dibuat oleh Dadang Kurnia dengan satu tangan yang segera direspons oleh tangan lainnya. Sejumlah simbol, serupa tattoo atau totem sesungguhnya asing bagi dirinya, sebab berasal dari tempat lain atau dari masa yang jauh. Inilah tanda-tanda yang hanya ada di waktu dulu sebagai media penghubung antara manusja dan sesuatu yang dipercaya berkuasa atas mereka. Peralihan kepada simbol atau ritual baru tidak selalu berjalan mulus. Dalam dimensi inilah Dadang memaknai ketegangan sebagai efek dari perubahan. Ia melukiskannya setajam dan setegas warna hitam dan putih yang dominan di kanvasnya.

Perubahan adalah niscaya. Ada ketegangan yang mengantarkan sesuatu sebelum menjadi masa lalu. Tapi, sebaik-baiknya perubahan adalah yang menyisakan sedikit tentang sesuatu itu agar kita tak benar-benar hilang menjadi sosok yang sama sekali baru. Bagian itu bernama kenangan, yang mesti dilalui bersama ketegangan.

Selamat menikmati “Babak Ketegangan” dalam Adu Domba #2

 Image Karya

 

Mari Berbagi