Sangkring Art | [Exhibition] “Dry Rain”, Made Wianta
22144
post-template-default,single,single-post,postid-22144,single-format-standard,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,select-theme-ver-3.4,stockholm-kudaterbang-net,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12.1,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-22345

[Exhibition] “Dry Rain”, Made Wianta

 

DRY RAIN
Karya-karya terakhir Wianta adalah obsesinya tentang pertukaran Pulau Run di Banda Maluku dengan Manhattan yang tadinya dikuasai Belanda dan diberi nama New Amsterdam. Karena keinginan Belanda menguasai Pulau Rempah-rempah maka Manhat tan dia tukar dengan Pulau Run yang waktu itu dikuasan English.
Karena pertukaran ini Manhattan/New Amsterdam dimiliki English dan diubah nama menjadi
New York.

Wianta berpikir berapa tinggi nilai Pulau Run hingga ditukar dengan New
York, pada abad ke 16. Pada waktu Wianta berkunjung ke Pulau Run Maluku, dia bertemu dengan petani petani Pala, Wianta merasa heran karena ditanah yang begitukering Pala tumbuh dengan subur. Menurut petani petani disana jika musim hujandating, maka hujan yang turun tajam tajam seperti jarum dan langsung menghujanitanah.
Dari situlah lahir karya Dry Rain/Hujan kering, sebuah Puisi tentang alam yang melindungi kelestarian dan keindahan Pulau Run di Maluku. Wianta juga terkesan dengan Benteng yang dibuat begitu kokoh dan juga Gereja yang mirip Gereja-gereja di Eropa. Wianta meskipun Hindu selalu mengagumi salib Kristus (cross) yang menurut
dia ini adalah Sacrifice/Pengorbanan/Yadnya untuk menebus segala kesalahan umat
di dunia.
2 karya instalasi ini merupakan highlight pameran Wianta di JAA ke 6 di Sangkring Project.
Diruangan bentuknya adalah karya karya yang menggambarkan keindahan alam bawah laut di Pulau Run Banda, terumbu karang CORAL REEF. Yang dibuat sangat minimalis dengan warna warna pastel, bebatuan dan binatang laut yang seperti warna warna indah Rainbow dikedalaman laut Banda.
Wianta selalu suka berpameran di Jogja tempat dia memperdalam ilmunya di ASRI
Jogja. Jadi dia ingin berbagi proses dan teknik menuju terciptanya Spatial Calligraphy,
Coral Reef, dan Mosaic. Jadi pada exhibition ini dia tampilkan dua karya drawing (UNTITLE) tapi bias juga disebut The Drawing Leading toward to the spatial callihraphy, coral reef dan mosaic. Dua karya drawing diikuti tiga karya seri Spatial Calligraphy yang mendasari Coral Reef dua dimensi dan tiga dimensi dan karya karya Mosaic.
Semoga pameran ini bias membawa sedikit angin segar dalam masa pandemic.
Dirangkai oleh Emma Sukarelawanto
Dari wawancara dengan Dr. Urs Ramseye

 

 

Mari Berbagi