[Pameran] Jejak yang Dibawa Pulang
Salam budaya.
Dalam kehidupan manusia, perjalanan merupakan suatu keniscayaan. Pada hakekatnya tidak ada satu manusia pun yang mampu ke luar dari alur perjalanan hidupnya. Semua tunduk pada alur yang pasti, yaitu lahir, hidup, dan mati.
Dalam hidup dan kehidupan manusia sehari-hari, perjalanan itu sendiri intinya berisi rangkaian peristiwa yang datang silih berganti. Setiap individu memiliki alur perjalanan dengan lika-liku dan kelokan-kelokannya masing-masing. Alur perjalanan tersebut tentu pasti akan banyak ditandai oleh tapak tilas berbagai peristiwa berupa jejak-jejak, baik kasat mata maupun imajiner. Jejak-jejak bersifat kasat mata akan tergambarkan secara jelas sebagai suatu tanda peninggalan yang dapat dilihat dan dimaknai oleh siapa pun, baik orang-orang yang menjalani maupun yang menyaksikan perjalanan itu. Sedangkan jejak-jejak imajiner akan bersemayam pada ingatan masing-masing pelaku perjalanan.
Pada lazimnya jejak-jejak akan selalu berkonotasi masa silam, karena memang pada prinsipnya jejak-jejak itu merupakan tanda peninggalan dari suatu peristiwa perjalanan yang telah terjadi. Jejak-jejak itu beraneka ragam bentuknya bisa hanya sekadar berupa tapak karya, baik yang tertinggal maupun yang ditinggalkan, atau berupa cerita dan kenangan. Jejak-jejak itu pada saatnya dapat berfungsi sebagai titian langkah untuk bernapak tilas bagi siapa pun yang ingin melakukannya.
Sedangkan bagi para pelaku perjalanan, jejak-jejak itu tidak serta merta hanya berkonotasi masa silam karena bagi dirinya jejak-jejak tersebut tidak terbatas hanya yang bersifat kasat mata saja. Jejak-jejak imajiner, yang ada dalam ingatannya, akan selalu tetap hidup sesuai daya rasa dan daya ingatnya. Jejak-jejak itu tidak lagi sekadar tanda perjalanan yang berhenti pada waktu dan lokasi tertentu, tetapi akan terus terbawa atau dibawa ke mana pun para pelaku perjalanan melangkah.
Dalam konteks kreatif, bukanlah merupakan sesuatu yang ganjil apabila jejak-jejak, yang sarat emosi dan kenangan itu, kemudian dibawa pulang ke tempat pelaku perjalanan bermukim. Dalam hal ini, para pelaku perjalanan umumnya akan sangat menyadari bahwa dalam suatu waktu tertentu jejak-jejak itu akan menjadi sumber inspirasi yang akan melahirkan karya-karya yang di kelak kemudian akan menjadi jejak-jejak perjalanan tersendiri.
Jejak-jejak perjalanan, yang merambah dimensi waktu dan lokasi, pada hakekatnya merupakan sumber inspirasi bagi suatu proses cipta karya yang tidak terbatas. Para pelaku perjalanan secara naluriah akan mengolah imajinasi-imajinasi yang muncul dari jejak perjalanannya untuk menjadi bagian penting dari proses berkaryanya guna melahirkan karya-karya seni yang mencerminkan ungkapan pengalaman masa silam serta refleksinya pada masa kini dan mendatang. Pada titik ini, “jejak-jejak” itu menjadi sumber inspirasi lahirnya karya cipta yang melampaui garis akhir pelaku perjalanan itu sendiri.
Hal yang menarik adalah memperhatikan bagaimana orang-orang yang melakukan perjalanan bersama dalam menyikapi objek dan peristiwa yang sama. Sekalipun dimensi waktu dan tempat yang dilalui sama, namun tentunya daya tanggap masing-masing pelaku perjalanan dapat dipastikan akan berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan ini utamanya banyak dipengaruhi oleh cara pandang, pengalaman batin, dan sikap masing-masing terhadap objek dan peristiwa yang dilihat dan dialaminya. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila pada gilirannya hal ini kemudian melahirkan kreatifitas-kreatifitas karya yang berbeda-beda dalam segala bentuk manisfetasinya, yang juga akan tergantung pada sejauh mana pelaku perjalanan mampu mengeskplorasi “jejak-jejak” tersebut.
Pameran Lukisan berjudul “JEJAK YANG DIBAWA PULANG” menampilkan karya-karya hasil refleksi para seniman Indonesia atas perjalanan budaya mereka ke Kerajaan Thailand. Akan sangat menarik memperhatikan bagaimana masing-masing seniman berkreasi dan mengeksplorasi jejak-jejak untuk menuangkan kenangan dan tanggapan masing-masing atas objek dan peristiwa yang dilihat dan dialami dalam perjalanan kebudayaan yang dilakukannya.
Disadari atau tidak, langsung atau tidak langsung, Pameran Lukisan yang merupakan hasil refleksi perjalanan Budaya para seniman Indonesia ke Kerajaan Thailand ini dapat berkontribusi terhadap upaya memperlancar komunikasi budaya antara masyarakat Indonesia dan Thailand. Hal ini tentunya juga akan turut memperkaya kiprah mereka setelah sebelumnya memperkenalkan budaya Indonesia, khususnya seni lukis, kepada masyarakat di Kerajaan Thailand melalui berbagai workshops dan Pameran Lukisan Bridge of Colors.
Sebagai informasi bagi pecinta seni budaya Indonesia, khususnya seni lukis, bahwa pada bulan Oktober 2002, para seniman Indonesia yang terdiri dari Bambang Herras, Erica Hestu Wahyuni, Galuh Tajimalela, Hari Budiono, Jumaldi Alfi, Nasirun, Putu Sutawijaya, Rendra Santana, dan Tisna Sanjaya bersama-sama melakukan perjalanan budaya ke Thailand. Perjalanan budaya tersebut dilaksanakan dalam upaya turut berkontribusi bagi penguatan hubungan bilateral Indonesia dan Thailand, khususnya di bidang seni budaya. Pada kesempatan tersebut, mereka turut berpartisipasi pada pameran lukisan berjudul Bridge of Colors. Pameran Lukisan yang diselenggarakan atas kerjasama KBRI Bangkok, Kementerian Kebudayaan Thailand, dan Galeri Nasional Thailand tersebut diadakan di Galeri Nasional Thailand Bangkok selama bulan Oktober 2022. Selain berpameran, selama perjalanan budaya di Thailand mereka juga melakukan berbagai kegiatan antara lain melukis bersama on the spot, workshops baik di sekolah, akademi, maupun universitas di Thailand. Pada akhir perjalanan, mereka melakukan kolaborasi melukis bersama di atas satu kanvas dengan hasil karya lukisan berjudul BUKAN SANDIWARA.
Selamat menikmati.
Bangkok, 15 Januari 2023
E-Catalog