[Pameran] Kandang Ayam
Sekilas Kelompok Kandang Ayam
Berawal dari sebuah rumah kost sederhana dekat lokasi kampus ISI Yogyakarta dan seringnya mereka bertemu dan berinteraksi satu sama lain selama 10 tahun terakhir ini yang kemudian berkelanjutan menjadi sebuah ajang untuk berkumpul, berdiskusi dan saling bertukar pikiran, maka lahirlah “Kandang Ayam” dimana gejolak darah muda mereka saling bersenyawa yang menjadikannya satu semangat dan satu tujuan. Mereka adalah Arnold, Fakri Syahrani, Harun, Yanal Desmon Zendrato, Andi Hansal, Rizal Eka Pramana, Togi Mikkel dan Windi Delta. Tujuh seniman muda yang selama merantau dan tinggal di Jogja tetap konsisten berkreatifitas meciptakan karya-karya senirupa.
Kandang Ayam Project adalah sebuah ruang yang diinisiasi oleh beberapa mahasiswa dan alumni jurusan seni rupa dari beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta, Semarang, Medan, dll. ini mempunyai tujuan untuk membuka kemungkinan-kemungkinan baru dan totalitas dalam berkesenian. Kandang Ayam Project merupakan ruang seni alternatif non profit dan bersifat mandiri yang pengapdosian namanya berawal dari pengunaan kos-kosan di Prancak, Dukuh, Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang kebetulan pemilik kos tersebut mempunyai kegemaran memelihara ayam-ayam kampung ini, telah membulatkan tekadnya untuk mengukuhkan diri berkesenian dalam wadah komunitas Kandang Ayam Project.
Semenjak digagas pada awal tahun 2017, Kandang Ayam Project memilki visi kerangka berkesenian yang berusaha senantiasa menjunjung tinggi kreativitas, estetis dan inovatif dengan semangat kebersamaan, dimana debut pertama mereka bertajukkan “Kandang Ayam Project #1 Draw Out” dalam rangkaian lebaran senirupa tahunan yang bernama ArtJog 10 di Kebun Bibi Yogyakarta yang menghadirkan beragam karya yang merupakan gabungan dari unsur garis dengan tehnik dan media non konvensional ini masing-masing memiliki keunikan dan gaya yang berbeda. dan di tahun 2018 dilanjutkan dengan pameran yang mengusung tema “Kandang Ayam Project #2 Drunken Broom” yang diadakan di Bentara Budaya Yogyakarta, dimana mereka mempunyai pandangan, pendapat dan penilaian khusus mengenai suatu kegilaan, bahwasanya kegilaan dalam proses berkarya tetap harus dibatasi dengan nalar/logika yang diseimbangkan dengan rasa estetis.
Katalog