Sangkring Art | SEEING JAVA by Dadang Christanto @ Sangkring Art Space
805
post-template-default,single,single-post,postid-805,single-format-standard,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,select-theme-ver-3.4,stockholm-kudaterbang-net,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12.1,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-22345

SEEING JAVA by Dadang Christanto @ Sangkring Art Space

 

Pameran : Seeing Java
Oleh : Dadang Christanto
Pembukaan : Sabtu, 31 Desember 2011 Jam 19.00 wib
Penulis : Wahyudin
Pameran berlangsung : 31 Desember 2011 – 4 Februari 2012

 

Seeing Java:

Manusia, Gunung, dan Lumpur

 

Dari jendela pesawat terbang—pada ketinggian tertentu di angkasa—perupa Dadang Christanto memandang Pulau Jawa seperti sehamparan lanskap dengan lekukan dan tonjolan laksana bukit dan gunung. Pemandangan ini kerap membikinnya termenung: Jawa dan makhluk hidup yang mendiaminya boleh jadi tercipta dari gunung, alih-alih gunung itu sendiri.

Dengan permenungan itu, Dadang beroleh jarak-waktu imajiner akan sesuatu yang dekat tapi tersekat oleh kenyataan: Jawa—dengan segala suka-duka pergulatan sosial-politik-ekonomi—merupakan “tanah tumpah darah-ku” di mana jejak-langka eksistensialnya sebagai manusia-perupa tergurat dengan keringat dan airmata.

Itu sebabnya, sekalipun telah lama menetap di negeri Kangguru, ia tak bisa berpaling dari Jawa—bahkan tak bisa tak memikirkannya sebagai “subjek” yang sama pentingnya dengan “subjek” yang lain dalam kehidupannya.

Pada titik itu, boleh dibilang, Jawa adalah “subjek” yang memungkinkannya untuk masuk-menemu perenungan tentang apa arti menjadi manusia pasca-Indonesia yang tak mungkin diringkus-rampung dalam satu-dua pengertian.

Dengan begitu, pameran ini  berkehendak mempertunjukkan kehadapan publik seni rupa perihal “cara pemahaman”—yaitu sarana percobaan Dadang Christanto menerjemahkan Jawa sebagai ikhtiar memahaminya berdasarkan kadar interpretasinya; “cara perhubungan”—yaitu sarana Dadang Christanto untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan tanggapannya atas Jawa lewat karya seni rupa; dan “cara penciptaan”—yaitu sarana penciptaan kembali Jawa sesuai dengan pengetahuan dan imajinasi Dadang Christanto.

Dengan kehendak itu, pameran ini menggelar karya-karya seni rupa Dadang Christanto berupa seni rupa pertunjukkan perihal manusia Indonesia dalam pergulatan eksistensial melawan lupa yang melibatkan lebih-kurang 50 orang dengan latarbelakang usia dan jenis kelamin yang berbeda; objek instalasi sekira 500 kepala manusia terbuat dari tembikar yang ditata-bangun serupa gunung; dan serangkai kata-rupa Jawa.

Dari sini  dibayangkan ia akan memberikan perspektif-banding kepada khalayak seni rupa dalam melihat dan menyikapi Jawa sebagai bukan hanya persoalan estetika, tapi juga persoalan eksistensial manusia. Alih-alih, sebagai selalu demikian, karya-karya itu dirancang sebagai “the model of a statement”—karya seni rupa sebagai pernyataan perupa—Dadang Christanto atas suatu kenyataan sosial-politik di Jawa.

 

Yogyakarta, 31 Desember 2011

—Wahyudin

Dokumentasi Seeing Java

 

Mari Berbagi