Sangkring Art | Solo Exhibition FRANZISKA FENNERT “Place the King in the Right Position” @ SAP
1086
post-template-default,single,single-post,postid-1086,single-format-standard,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,select-theme-ver-3.4,stockholm-kudaterbang-net,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12.1,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-22345

Solo Exhibition FRANZISKA FENNERT “Place the King in the Right Position” @ SAP

 

Solo Exhibition

FRANZISKA FENNERT

“Place the King in the Right Position”

Opening : Thrusday, January 15th 2015  7.30 Pm

Opened by :

Dr. Oei Hong Djien
Exhibition will be held until : january 30th 2015

Franziska Fennert tumbuh di Jerman bagian timur, di kota Rostock, sebuah kota pelabuhan di tepi Lautan Baltik. Saat ia berusia lima tahun, Franziska beserta kedua orangtuanya pindah ke tempat yang sangat terpencil, ke sebuah rumah di tengah hutan. Suatu tempat yang sedikitnya mengingatkan kita akan adegan-adegan dari cerita rakyat Jerman (“Marchen”). Rumah ini berlokasi di hutan yang dikelilingi pepohonan dengan bermacam fauna hutan seperti rusa dan babi liar hidup di sekitarnya.
Di masa dewasanya Franziska Fennert masih mempertahankan jiwa petualangnya; melancong sendirian ke negeri-negeri asing, mencari segala hal yang berbeda dari yang ia alami sebelumnya, atau [sekadar] mencari tantangan baru. Pada kisah-kisah romantik, topik pengembaraan seringkali muncul. Sang tokoh utama meninggalkan tempat mereka berasal, biasanya dengan berjalan kaki, mencari sesuatu yang berbeda, atau berupaya meraih kebahagiaan. Beberapa dari para petualang dan pengembara ini pada akhirnya mencapai tujuan mereka, atau menemukan cita-cita yang mereka cari. Sebagian lagi gagal, pulang atau tak pernah menuntaskan petualangan mereka.
“Place the King in the Right Place” adalah sebuah perbincangan dan pertukaran pada tataran yang adil dan sejajar, dan bukannya mengenai penguasaan atau pemanfaatan budaya lain. Saat ditempatkan ke dalam sebuah dialog antar kebudayaan, karya-karya Franziska ini mampu memposisikan ulang seni rupa pada tempat yang semestinya: sebagai jembatan sejati dan cara yang efisien untuk berkomunikasi. Franziska Fennert dengan kepeduliannya terhadap arah gerak dunia bukanlah seorang penganut Neo-Romantik, dan tentunya karya-karyanya bukanlah campuran eklektik antara berbagai kebudayaan di seluruh penjuru dunia namun sebuah pilihan yang disadari bersandar pada alasan-alasan filosofis dan artistik. Dengan demikian Franziska menyodorkan cermin di hadapan khalayak dan bertanya kepada mereka di mana dan siapa anda dalam gambaran utuh ini. Ia telah membawa kita dalam sebuah petualangan sepanjang Jalur Sutera dan kini kembali ke Yogyakarta.
Pameran ini oleh Franziska diberi tajuk Place the King in The Right Position. Sesunggunya Raja yang dimaksud oleh Franziska bisa merupakan metafor dan dengan berbagai kemungkinan makna.Hal itu juga terefleksikan dalam karya-karya Franziska.Raja bisa berarti penguasa dalam beberapa pengertian sekaligus.Saat ini kapitalisme bisa dinobatkan sebagai raja-diraja global, sebab kapitalisme mampu mengatur segala sesuatu di dunia ini sesuai kehendaknya.Raja juga bisa diwakili oleh para pemilik kapital, yang menjadi agen utama nasib masyarakat dunia.Demikian berlapis-lapis tingkatan raja, sampai akhirnya setiap orang, menurut Franziska sesugguhnya adalah raja bagi dirinya sendiri.Artinya, jika setiap orang sadar bahwa dirinya adalah miliknya paling utama, tentu dia dapat ikut bermain dan memiliki posisi tawar, sejauh dia memahami pola-pola kekuasaan yang berlaku.
Sulit disangkal bahwa kapitalisme telah menjadi pemain utama dalam sistem global saat ini. Namun tak kurang pula pihak yang dapat menunjukkan bagaimana kapitalisme akan membawa dunia pada kehancuran. Kapitalisme melalui jejaring neoliberalisme memang telah menyebabkan eksploitasi yang berlebih atas segala sumber yang ada di muka bumi ini, untuk memenuhi konsumsi masyarakat global. Tentu saja selalu ada pemikiran dan gerakan yang berupaya mengoreksi kapitalisme.Cukup banyak pemikiran dan analisis yang dapat menunjukkan betapa kapitalisme pada akhirnya hanya menguntungkan segelitir pemilik modal, dan itu harus dibayar melalui degradasi sumber daya alam. Berbagai ramalan buruk ke depan berkenaan dengan kapitalisme tentu saja bisa menjadi pemicu bagi banyak pihak untuk waspada pada sistem ekonomi kapitalisme yang saat ini menguasai dunia. Masalahnya, di Indonesia kesadaran mencari alternatif atau sikap kritis terhadap sistem kapital tersebut bisa dikatakan absen.
Situasi global terakhir merupakan babak terakhir dari perjalanan manusia. Namun cerita manusia dari awal peradaban sampai saat ini tidak lain tidak bukan adalah: mengenai upaya manusia untuk saling menguasai. Sejarah perjalanan manusia tak lain adalah perjalanan segelintir manusia yang berkuasa dalam menentukan nasib sebagian besar manusia lain: rakyat jelata. Catatan sejarah kurang lebih merupakan catatan mengenai segelintir penguasa menentukan sejarah dunia. Saat ini, di penghujung perjalanan manusia, situasinya kurang lebih sama. Segala kemajuan yang dibuat manusia tampaknya selalu berbanding lurus dengan kehancuran yang menyertainya.Kemajuan teknologi informasi, alih-alih menyebarkan kebaikan, namun lebih mudah menyebarkan kerusakan.Pengrusakan alam semakin parah, dengan hasil anomali cuaca karena global warming.Kekerasan antara bangsa, agama (bahkan sesama agama), ras, etnis terus berlanjut.Jurang antara kelompok kaya dan miskin semakin melebar, baik antara negara maupun kelompok sosial. Penjajahan antar manusia tak berkurang.Penjajahan dan eksploitasi melalui kekuatan ekonomi saat ini agaknya menjadi hal yang paling nyata, dan marasuk ke seluruh penjuru dunia.
Itu semua kita tahu.Namun kita sepertinya tak tergerak untuk berani mengubahnya.Atau mulai mengubahnya.Franziska adalah seniman yang memiliki semangat dan pemikiran untuk mencari alternatif, setidaknya dari sikap hidupnya sendiri.Franziska ingin menjadi raja bagi dirinya sendiri, tak ingin mudah kalah oleh gempuran prinsip-prinsip kapital.Hal ini menjadi dasar dari misi kesenian Franziska.Keyakinan tersebut yang menjadikan pendorong utama dan bahan bakar bagi intensitas berkeseniannya. Dia bergerilya secara mandiri.Franziska adalah penganut perubahan kecil atau sedikit demi sedikit. Misi tersebut disampaikan melalui karya-karyanya dan menjadi gaya hidup yang diyakininya dengan rasa bahagia.
Sumber imajinasi lain bagi Franziska adalah sastra dan filsafat, dengan menukil karya Gottfried Willhelm Leibniz sebagai filsuf idolanya. Franziska berkisah mengenai perpustakaan kakeknya, tempat ia menemukan buku-buku. Beberapa di antaranya adalah buku mengenai legenda dan kisah-kisah dongeng; dan mengenai “Perpustakaan Sastra Dunia” yang memuat novel-novel karya penulis tenama dari bermacam negara. Franziska berujar: “Apa yang bisa kau lakukan di tengah hutan? Tak banyak kegiatan menghibur tersedia di sana…” Membaca telah membawa Franziska ke sebuah dunia paralel penuh dongeng mitos dan imajinasi.

Artwork

 

Mari Berbagi