Adu Domba 8, Laila Tifah vs Kana
Mencitrakan Sunyi dan Gerak Air
Beragam identitas disandang Laila. Dipanggul pula peran yang melekat pada masing-masing label itu di pundaknya. Tiap-tiap personalitas itu menceburkannya ke dalam berbagai arena yang membuat kehidupannya kaya dan beraneka, serta tak pernah habis menyediakan inspirasi bagi karya-karyanya. Ia memindahkan banyak hal yang ada di sekitarnya ke dalam kanvas. Hal-hal yang biasa, yang sepele dan sehari-hari terjadi, diangkatnya menjadi subjek-subjek yang tak lagi dikenali lagi keremehtemehannya. Pilihannya menggunakan warna-warna gelap, komposisi letak subjek yang tak seimbang, dan perspektif yang luas menimbulkan kesan misterius dan serius untuk tema-tema kesehariannya. Lukisan-lukisannya mengartikulasikan situasi suram, lengang, dan misterius. Atau, ia ingin menyimpan sesuatu untuk dirinya sendiri dan meninggalkan sesuatu yang ganjil pada penonton lukisannya.
Kana menampilkan air tidak dengan cara deskriptif yang mempertimbangkan elemen estetik, yang sekedar menggambarkan, yang memvisualisasikan, yang mengindahkan. Tetapi ia menghadirkan air sebagai wacana naratif yang menguraikan gerak, sebagai sebuah peristiwa.
Sesuai sifatnya yang cair dan mengalir, demikianlah Kana menyerahkan hidup berkeseniannya agar mengalir saja. Mengikuti ke mana air mencari permukaan yang semakin rendah, dan ke mana alirannya berbelok untuk menjumpai nasib, mewakili perjalanan berkeseniannya yang entah kapan akan sampai, dan muara mana yang akan dijangkaunya.
Bisa dikatakan bahwa karya-karya Kana di Adu Domba #8 ini merupakan bahasa ungkap bagi spiritualitasnya. Ia melihat, merasakan dan mengalami kehadiran Tuhan di dalam air dengan aneka rupa bentuk, warna dan rasanya. Jika kemudian ia menghadirkan air di bidang kanvas, tak berlebihan jika ia sedang melafalkan kekuasaan Tuhan melalui tarikan garis dan sapuan kuas.
Yogyakarta, Januari 2018
Ida Fitri