Sangkring Art | [Pameran] Beauty of Art
21951
post-template-default,single,single-post,postid-21951,single-format-standard,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,select-theme-ver-3.4,stockholm-kudaterbang-net,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12.1,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-22345

[Pameran] Beauty of Art

Sangkring Art Space akan menjadi saksi dari Lima wanita pelukis yang berbeda latar belakang dan pengalaman bersepakat untuk menampilkan apa yang mereka sebut sebagai inner beauty.
Membicarakan – mengeksploitasi dan mengekspresikan serta mengapresiasikeindahan alam, keindahan moral, keindahan seni, keindahan intelektual menjadi sebuah estetika murni bukanlah pekerjaan mudah. Dibutuhkan energy ekstra untuk mencerap dan melontarkan pengalaman estetis menjadi sebuah karya seni yang jujur pada apresian-nya.
Pengalaman estetis setiap orang berhubungan erat dengan kesehariannya dan segala pemikiran serta aktivitas maupun linkungannya.
Keindahan dalam arti estetika murni, menyangkut pengalaman estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang dicerapnya.

Ada pendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat. Keindahan bagi masing-masing orang terkadang apresiasinya tergantung pada pribadi yang bersangkutan sebab sesuatu dapat dikatakan indah namun orang lain menganggapnya tidak indah, demikian pula sebaliknya.
Apresiasi pesona seni tak hanya bagaimana menangkap makna atau pesan yang disampaikan oleh karya seni, akan tetapi lebih jauh lagi adalah menghayati dan mengambil manfaat dari makna yang terserap.

Untuk dapat mengapresiasikan karya seni diperlukan sejumlah perangkat diantaranya adalah kepekaan analisis sintesis dan sensibilitas, intelektualitas, dan moralitas, yang dapat mengukur keindahan, kebenaran, dan kebaikan. Sumber inspirasi karya seni berada pada keindahan alam dan budaya manusia, sedangkan seni hanya merupakan upaya seniman untuk mengapresiasikan hasil tiruannya.

Immanuel Kant mendefinisikan estetika sebagai kesenangan yang dirasakan pada saat melihat benda, namun tidak berkaitan dengan benda tersebut. Menurut Immanuel Kant estetika hanya sekedar perasaan melihat sesuatu, tanpa adanya karakteristik objektif keindahan pada benda/karya yang disebut berhasil.
Immanuel Kant juga meninjau keindahan dari dua segi, yaitu sebagai berikut.
Subyektif; Keindahan adalah sesuatu yang tanpa direnungkan dan tanpa disaingkutpautkan dengan kegunaan praktis dapat mendatangkan rasa senang.
Obyektif; Keindahan adalah keserasian suatu obyek terhadap tujuan yang dikandungnya, sejauh objek tersebut tidak ditinjau dari segi fungsi.

Penganut teori obyektif selalu menempatkan rasa estetis dalam benda yang dinikmatinya, sehingga ada alasan-alasan kenapa seseorang menyukai benda tersebut. Sebaliknya, penganut teori subyektif selalu meletakkan keindahan dalam diri orang yang menikmati benda seni, sehingga ia tidak dapat memberi alasan logis mengapa menyukai suatu benda. Secara umum kita sering menafsirkan keindahan (estetika) itu selalu bernilai seni (artistika). Padahal, pada kenyataannya, tidak semua yang indah itu bernilai seni. Banyak keindahan-keindahan di luar karya seni.

Licu Linggartono, Maria Tiwi, Mona Palma, Pini Fe dan Ulil Gama mengekspresikan semua pengalaman estetisnya ke dalam kanvas dengan garis-gaya-warna tanpa terikat fungsi keindahan.
Apa yang mereka serap dalam keseharian yang didapatkannya dari alam dan bathin ditumpahkannya sepenuh hati ke dalam taferil putih sejujur-jujurnya sehingga mewakili persona masing-masing jiwa pelukisnya. Keindahan alam, keindahan moral, keindahan seni, keindahan intelektual menjadi estetika murni.

Jan Praba
20200221_poster_silvana-OK_low

 

 

 

 

 

Mari Berbagi