Sangkring Art | group exhibition “melankolia” proyek seni rupa rsks #1 @ SAP
1056
post-template-default,single,single-post,postid-1056,single-format-standard,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,select-theme-ver-3.4,stockholm-kudaterbang-net,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12.1,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-22345

group exhibition “melankolia” proyek seni rupa rsks #1 @ SAP

rsks mempersembahkan sebuah pameran bertajuk :

“melankolia”

proyek seni rupa rsks #1

 

seniman:

1. Antoe Budiono

2. Gatot Pujiarto

3. Iwan yusuf

4. Joni Ramlan

5. ‘Keo’ Budi Harijanto

 

pembukaan:

kamis, 19 Juni 2014  19.30 WIB

di buka oleh :

Nyoman Masriadi
Pameran berlangsung sampai  2 Juli 2014

 

“melankolia”

kemandirian tema-tema lukisannya sendiri, yakni aktifitas rutin sehari-hari yang dilukis dengan teknik melukis realis yang teliti, dengan teknik “barikan” yang diterapkan oleh banyak seniman di Batu dan Malang. Sejak lama kedua kota ini memang dikenal menghasilkan pelukis-pelukis dengan teknik melukis realis yang tinggi.

Gatot Pujiarto, 44 tahun, barangkali paling dikenal di antara nama-nama yang lain. Seniman lulusan Jurusan Seni Rupa dan Desain, Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP; sekarang dikenal sebagai Universitas Negeri Malang) ini sudah pernah menjalani program residensi dan beberapa kali mengadakan pameran tunggal. Karyanya menggunakan medium yang tidak biasa, yaitu sisa kain atau kain perca. Dia memanfaatkan teknik jahit menjelujur untuk menyusun mosaik potongan kain, menggabungkannya dengan teknik memilin dan mengikat benang. Kain dan benang menjadi sarana yang ekspresif, mengikuti mood dan intuisi seniman untuk menyusun garis, bidang, bentuk dan warna.

Iwan Yusuf, 32 tahun, berkarir melalui lukisan-lukisan potret sebagai pelukis emperen. Semangat belajarnya untuk mengembangkan teknik melukis potret yang rinci dan ketertarikannya akan pesona wajah seseorang mendorongnya untuk memahami potret sebagai narasi wajah seseorang yang tidak bersifat verbal. Iwan juga tertarik dengan variasi medium, dengan berbagai alternatif bahan yang dengan cepat bisa merangsang sensibilitas realisnya. Iwan menggunakan berbagai bahan, dari kanvas, silikon, kayu, eceng gondok sampai jaring ikan untuk karya-karya realisnya.

Di antara nama-nama itu, ada seniman dari Mojosari yang namanya dikenal di kalangan galeri dan kolektor setempat, yakni Joni Ramlan, 44 tahun. Lukisan-lukisan Joni disukai karena keartistikan garis dan penggunaan warna-warnanya yang manis. Dalam pameran ini Joni berusaha menemukan abstraksi bentuk-bentuk karyanya untuk memperoleh kemungkinan bahasa visual yang lain yang tidak terlalu dekoratif. Dia juga tertantang untuk menggubah karya instalasi rongsokan sepeda sebagai cara untuk menjelajahi kepekaan ruang.

“Keo” Budi Harijanto, 55 tahun, sudah dikenal sebagai pelukis komik yang mumpuni sejak tahun 90-an. Dia sudah melahirkan ratusan jilid komik, umumnya komik-komik adaptasi gaya manga dengan cerita yang dikembangkan sendiri. Tapi “Keo” adalah juga seorang yang piawai dalam teknik menggambar. Kepekaan pada gambar inilah yang kemudian ditemukannya kembali pada foto-foto digitalnya. Foto-foto Keo sangat rinci dan peka pada warna, pada nuansa gelap dan terang. Dengan sangat mendalam ia menggali sisi-sisi traumatis pengalaman personalnya sendiri di masa kecil sampai remaja.

Mengapa pameran ini bertajuk Melankolia?Melankolia pada pameran ini bukanlah suatu metode pembacaan terhadap karya-karya yang dipamerkan, melainkan usaha untuk memaknai perjuangan para seniman, baik secara artistik maupun psikologis. Usaha-usaha itu dilakukan seniman untuk menempatkan diri dalam perkembangan seni rupa di masa ini. Di satu sisi, mereka sudah memilih berkarier di dunia kesenimanan, di sisi lain, seringkali muncul rasa frustrasi untuk memahami seluk-beluk seni rupa yang mereka cintai. Rasa frustrasi itu kerapkali juga bisa ditemukan dalam rangka memaknai representasi karya-karya mereka sendiri. Antara rasa frustrasi dan dorongan untuk terus mengembangkan diri di tengah percaturan seni rupa yang makin luas, ditambah perasaan sebagai seniman-seniman yang di lingkungan yang dianggap marginal, melahirkan semacam perasaan melankoli pada seniman-seniman ini.

Perjuangan para seniman ini didukung oleh rsks, dengan cara memfasilitasi dan mendorong para seniman agar tampil di kancah seni rupa yang lebih luas seraya merelatifkan kemarginalan mereka sebagai seniman.

 

Karya Seniman


 

Mari Berbagi