Sangkring Art | PERUPA MUDA 2016 @Bale Banjar Sangkring
1332
post-template-default,single,single-post,postid-1332,single-format-standard,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,select-theme-ver-3.4,stockholm-kudaterbang-net,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12.1,vc_responsive,elementor-default,elementor-kit-22345

PERUPA MUDA 2016 @Bale Banjar Sangkring

Pameran: Perupa Muda 2016
Oleh: Kelompok Perupa Muda
Penulis: Yuswantoro Adi
Pembukaan: Minggu, 11Desember 2016
Di buka oleh: Heri Dono
Pameran berlangsung : 11 September – 11 Oktober 2016

Perupa(masih)Muda yang(sudah)Berjuang

Umur berapakah disebut muda? Sebelum menjawab pertanyaan itu, pastikan terlebih dahulu; muda bagi siapa. Atau lebih tepatnya untuk profesi apa. Karena seseorang baru berumur 20 tahun sudah dianggap terlalu uzur jika ia atlit senam. Bagi pemain sepakbola, umur 30 sudah termasuk tua. Secara umum, usia 35 tahun adalah waktunya pensiun bagi atlit/olahragawan. Namun di usia 35 yang sama, akan terlihat belia apabila engkau berhasil menjadi pengusaha. Bahkan ketika 40 tahun sekalipun masih dikatakan sebagai muda jika sampeyan adalah pejabat publik atau berada dalam lingkaran kekuasaan politik. Barangkali untuk jabatan presiden, ketua partai, guru besar, rektor, menyandang gelar maestro atau empu ketika umurmu 45 tahun adalah muda!

Untuk seorang perupa, kisaran usia 20 hingga 30 tahun sangat layak disebut sebagai muda. Dengan asumsi di rentang usia itulah seseorang memulai sekaligus meniti karirnya sebagai perupa. Mereka bisa jadi masih kuliah atau belum terlalu lama lulus kuliah senirupa. Dan umumnya (maaf) jarang di usia itu sudah jadi perupa yang benar-benar jadi. Pun kalau ada jumlahnya tidak seberapa. Kesenian, terutama senirupa selalu membutuhkan proses dan masa inkubasi yang cukup untuk mematangkannya. Maka pameran istimewa ini hanya boleh diikuti oleh perupa berumur 20 hingga 30 tahun saja –meski ada satu atau dua nama yang usianya kelebihan satu atau dua tahun— dirancang sebagai perayaan proses tersebut di atas.

Pada mulanya ada sejumlah nama yang diminta oleh Bale Banjar Sangkring untuk menginisiasi pameran ini. Selanjutnya kelompok ini menamakan dirinya “Perupa Muda” dan memakai simbol tunas kelapa Praja Muda Karana (Pramuka) sebagai logonya. Perjuangan mereka dimulai dengan membuka kesempatan kepada perupa sebaya lainnya untuk bergabung melalui pengajuan aplikasi. Terdapat 99 nama yang berminat. Terpilih 26 nama saja melalui seleksi ketat. Saya ikut terlibat dalam pemilihan itu. Ditambah 20 yang sudah diseleksi secara internal sebelumnya, sehingga jumlah keseluruhan peserta adalah 46 perupa muda.

Dan lihatlah betapa para perupa tersebut mampu menghasilkan karya yang menjanjikan. Sebut saja Deki Hediana dengan menggunakan teknik wood cut menampilkan kesederhanaan visual namun sangat memikat. Menyerupai goresan tinta cina yang ditorehkan oleh seorang virtuoso. Perhatikan pula Dery Pratama yang menunjukkan bahwa plat nomor kendaraanpun bisa sedemikian artistiknya. Lihatlah karya Putu Adi Suanjaya, ia merayu kita untuk selalu tersenyum ceria meski dalam keterhimpitan. Lain halnya dengan Ngakan Putu Agus Arta Wijaya; hal yang seharusnya mengerikan menjadi amat lucu dan bikin terbahak-bahak. Bagaimana tidak, dengan gaya melukis setengah surrealisme dicampur sedikit karikatural dilengkapi khasanah fabel, ia meramu peperangan nan sungguh jenaka.

Janur Kilat Ayu Utami adalah nama yang bagus. Beruntunglah karyanya sebagus namanya. Menggunakan media kayu dan benang menghasilkan objek yang tidak bisa dikatakan sebagai boneka semata melainkan komposisi artefak kesenirupaan yang indah. Visual sama menariknya dapat kita temui di sepasang tas cantik bikinan Sandat Wangi. Bahkan kecantikan bisa mewujud di bentukan wayang dan gunungan yang dibuat oleh Vina Puspita. Triana Nurmaria bukan perupa perempuan yang menghasilkan karya teridentifikasi sebagai cantik. Sebaliknya lukisannya cenderung ekspresif ke arah abstraksi. Namun jika mau sedikit teliti, akan Anda temui beberapa figur tersembunyi di dalamnya. Ini unik sekaligus segar.

Ketelitian dan kesabaran tinggi pasti dimiliki oleh Adek Dimas Ajisaka sehingga berhasil menciptakan sebuah karya senirupa baru di atas selembar daun yang luar biasa. Tentu ia bukan satu-satunya, masih banyak perupa lainnya juga luar biasa, teliti, sabar, unik, segar, bagus, menarik, cantik, indah, artistik dan aneka hal terpuji lainnya di pameran ini. Namun karena keterbatasan halaman, ijinkanlah saya untuk menutup tulisan ini dengan sebuah sesanti; “ Wahai Perupa Muda, Di Tanganmu Masa Depan Senirupa Indonesia Kami Titipkan. Selamat Berjuang. Selamat Beribadah Berkesenian!”

 

Yuswantoro Adi

Pelukis tinggal di Yogyakarta

 

Mari Berbagi