Sangkring Art | Blog Large Image Whole Post
18956
paged,page-template,page-template-blog-large-image-whole-post,page-template-blog-large-image-whole-post-php,page,page-id-18956,page-child,parent-pageid-1815,paged-11,page-paged-11,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,select-theme-ver-3.4,stockholm-kudaterbang-net,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12.1,vc_responsive

group exhibition “Eyes To Think” @ SAS

 

Group Exhibition

Emest Chan, Ina Conradi Chavez, Lau Eng Seng, Leroy Sofyan, Mark Joyce, Muang Nyan Soe, Raymond Yap, Terry Wee, Yong Kah Kin, Zulkhairi zulkiflee.

“Eyes To Think”

Opening : Friday, September 12th 2014  7.30 Pm

Guest of  Honour :

Mr. Suwarno Wisetrotomo

Curator:

Lau Eng Seng and Raymond Yap
Exhibition will be until : September 27th 2014

 

Frequently, the relationship between arts and sight has been extremely bonded together; our eyes have been a crucial tool for us to see and to communicate with one another. Yet, have we taken our eyes for granted? That we use it to see, rather than to observe?

How often have we caught ourselves skimming through the webpages or just glancing through subjects without much thoughts going through our mind? Is that becoming a habit to us, subconsciously, that we tend to stop asking ourselves questions when we are looking around? Or have we lost our curiosity as a child? Have we failed to distinguish the stark difference between seeing and observing?

“Eyes To Think’’ exhibition will entice the participating artists to question their ways of seeing and will be presenting their output or conclusion in the period of this exhibition.

As the American educator, Bill Cosby, once said, ”Every closed eye is not sleeping, and every open eye is not seeing.”

The main objective of this exhibition is to question our ways of seeing, our sense of sight and to have a conclusion or understanding at the very least, through their perceptions that is to be presented through the artworks.

The other objective is to hope that throughout this exhibition, it will spur a new perspective (wisdom) within the participating artists whom have already demonstrated their creativity in their current practice, and for the audience to observe different approaches in arts at an emotional and intellectual level.

Last but not least, the objective of this project is to promote a friendly relationship between Singapore and Indonesia, establishing a greater understanding between the two cultures and exchanging of ideas in visual arts as well.

 

Lau Eng Seng

Independent Artist & Curator

Lau Eng Seng is a Singapore-born artist, graduated with Diploma in Fine Art from the Nanyang Academy of Fine Arts in 2012. Much of his work concentrates on the current period with research interests in sociology and anthropology. His art practice is driven by research-based methodology and presented through various languages of art. Lau has been exhibiting actively in Singapore & overseas.

Lau took up the interest of curating under the guidance and mentorship from Royal Academy graduate (2001), Raymond Yap, who is now a lecturer in the Nanyang Academy of Fine Arts and also the co-curator of “Eyes To Think”

Dokumentasi Display

[nggallery id=77]

group exhibition “THREESOME” Dedy Maryadi, Khusna Hardiyanto dan Putra Eko Prasetyo @ SAP

 

 

THREESOME

Threesome adalah memakai atau melakukan “hubungan/sesuatu” dengan tiga orang secara bersama/sekaligus.


Threesome sebagai tajuk yang perupa pakai/ pinjam ini berpeluang untuk di ketengahkan dalam sebuah pameran. Perupa yang terlibat dalam pameran ini adalah Dedy Maryadi, Khusna Hardiyanto, Putra Eko Prasetyo. Mereka bertiga nekat memamerkan diri dalam pameran yang akan di gelar di Sangkring Art Project, pada tanggal 12 – 30 juli 2014.

 

Sedikit tentang perupa:

 

Khusna Hardiyanto merupakan perupa yang cukup konsisten menggarap karya tiga dimensi. Karya-karyanya berbicara tentang lingkungan dan sosial. Dan beberapa karyanya mengandung tema yang personal sekali. Yang menarik dari karya Khusna adalah dia menjelajah ke semua material dan teknis, dari mencetak dengan Fiber, memahat, mengecor logam, menempel, sampai ‘found object’.

 

Dedy Maryadi juga perupa yang intens berkarya dengan media tiga dimensi. Karya-karyanya membicarakan tentang keseharian, lingkungan dan sosial. Karyanya juga personal, apapun tema atau objek yang menarik baginya dapat dijadikan gagasan sebuah karya. Karena bagi dedy, hasil atau eksekusi akhir sebuah karya bukanlah segalanya namun proses berkaryalah yang terpenting dan mengasyikkan.

 

Putra Eko Prasetyo, perupa yang inkonsisten pada media dalam berkarya, tema yang digarap kali ini lebih ke persoalan personal dan sosial.

 

Dalam pameran ini, mereka bertiga bersepakat bahwa tema yang di usung adalah tema yang sangat terbuka. Media ataupun teknis tidak dibatasi. Dan dalam pameran ini mereka berencana menampilkan karya-karya patung, drawing, lukisan dan mungkin instalasi.

group exhibition “melankolia” proyek seni rupa rsks #1 @ SAP

rsks mempersembahkan sebuah pameran bertajuk :

“melankolia”

proyek seni rupa rsks #1

 

seniman:

1. Antoe Budiono

2. Gatot Pujiarto

3. Iwan yusuf

4. Joni Ramlan

5. ‘Keo’ Budi Harijanto

 

pembukaan:

kamis, 19 Juni 2014  19.30 WIB

di buka oleh :

Nyoman Masriadi
Pameran berlangsung sampai  2 Juli 2014

 

“melankolia”

kemandirian tema-tema lukisannya sendiri, yakni aktifitas rutin sehari-hari yang dilukis dengan teknik melukis realis yang teliti, dengan teknik “barikan” yang diterapkan oleh banyak seniman di Batu dan Malang. Sejak lama kedua kota ini memang dikenal menghasilkan pelukis-pelukis dengan teknik melukis realis yang tinggi.

Gatot Pujiarto, 44 tahun, barangkali paling dikenal di antara nama-nama yang lain. Seniman lulusan Jurusan Seni Rupa dan Desain, Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP; sekarang dikenal sebagai Universitas Negeri Malang) ini sudah pernah menjalani program residensi dan beberapa kali mengadakan pameran tunggal. Karyanya menggunakan medium yang tidak biasa, yaitu sisa kain atau kain perca. Dia memanfaatkan teknik jahit menjelujur untuk menyusun mosaik potongan kain, menggabungkannya dengan teknik memilin dan mengikat benang. Kain dan benang menjadi sarana yang ekspresif, mengikuti mood dan intuisi seniman untuk menyusun garis, bidang, bentuk dan warna.

Iwan Yusuf, 32 tahun, berkarir melalui lukisan-lukisan potret sebagai pelukis emperen. Semangat belajarnya untuk mengembangkan teknik melukis potret yang rinci dan ketertarikannya akan pesona wajah seseorang mendorongnya untuk memahami potret sebagai narasi wajah seseorang yang tidak bersifat verbal. Iwan juga tertarik dengan variasi medium, dengan berbagai alternatif bahan yang dengan cepat bisa merangsang sensibilitas realisnya. Iwan menggunakan berbagai bahan, dari kanvas, silikon, kayu, eceng gondok sampai jaring ikan untuk karya-karya realisnya.

Di antara nama-nama itu, ada seniman dari Mojosari yang namanya dikenal di kalangan galeri dan kolektor setempat, yakni Joni Ramlan, 44 tahun. Lukisan-lukisan Joni disukai karena keartistikan garis dan penggunaan warna-warnanya yang manis. Dalam pameran ini Joni berusaha menemukan abstraksi bentuk-bentuk karyanya untuk memperoleh kemungkinan bahasa visual yang lain yang tidak terlalu dekoratif. Dia juga tertantang untuk menggubah karya instalasi rongsokan sepeda sebagai cara untuk menjelajahi kepekaan ruang.

“Keo” Budi Harijanto, 55 tahun, sudah dikenal sebagai pelukis komik yang mumpuni sejak tahun 90-an. Dia sudah melahirkan ratusan jilid komik, umumnya komik-komik adaptasi gaya manga dengan cerita yang dikembangkan sendiri. Tapi “Keo” adalah juga seorang yang piawai dalam teknik menggambar. Kepekaan pada gambar inilah yang kemudian ditemukannya kembali pada foto-foto digitalnya. Foto-foto Keo sangat rinci dan peka pada warna, pada nuansa gelap dan terang. Dengan sangat mendalam ia menggali sisi-sisi traumatis pengalaman personalnya sendiri di masa kecil sampai remaja.

Mengapa pameran ini bertajuk Melankolia?Melankolia pada pameran ini bukanlah suatu metode pembacaan terhadap karya-karya yang dipamerkan, melainkan usaha untuk memaknai perjuangan para seniman, baik secara artistik maupun psikologis. Usaha-usaha itu dilakukan seniman untuk menempatkan diri dalam perkembangan seni rupa di masa ini. Di satu sisi, mereka sudah memilih berkarier di dunia kesenimanan, di sisi lain, seringkali muncul rasa frustrasi untuk memahami seluk-beluk seni rupa yang mereka cintai. Rasa frustrasi itu kerapkali juga bisa ditemukan dalam rangka memaknai representasi karya-karya mereka sendiri. Antara rasa frustrasi dan dorongan untuk terus mengembangkan diri di tengah percaturan seni rupa yang makin luas, ditambah perasaan sebagai seniman-seniman yang di lingkungan yang dianggap marginal, melahirkan semacam perasaan melankoli pada seniman-seniman ini.

Perjuangan para seniman ini didukung oleh rsks, dengan cara memfasilitasi dan mendorong para seniman agar tampil di kancah seni rupa yang lebih luas seraya merelatifkan kemarginalan mereka sebagai seniman.

 

Karya Seniman

[nggallery id=76]

 

Solo Exhibition “GEGAT PENGGALIH GUGAT” by Sri Setyawati Mulyani (cipluk) @Sangkring Art Project

 

Selasa, 15 April 2014
Tuesday, April 15th 2014
 Pukul 19.00 wib
at 7.00 pm
Officiated by:
Subroto S.M 
exhibition until : April 27th 2014
Gegat Penggalih Gugat

Repetisi tubuh dalam konteks karya-karya yang dipamerkan kali ini menjadi sesuatu yang enigmatik lantaran dimanfaatkan sebagai suatu strategi yang dinamakan sebagai masquerade, yakni strategi penyelubungan identitas. Penyelubungan atas tubuh ini terutama beroperasi melalui proses-proses metaforik. Akan tetapi, metafora tubuhan (embodied metaphors) di dalam karya-karya Bu Cipuk ini tidaklah dimaksudkan untuk merujuk kepada metafora tentang tubuh atau yang dilekatkan pada tubuh, melainkan terutama kepada metafora yang muncul dalam pengalaman ketubuhan (bodily experience).

Dengan karya-karya visualnya, Bu Cipuk telah berupaya meng-gugat (untuk tidak mengatakannya sebagai melawan) pemosisian tubuh perempuan sebagai objek hasrat yang tanpa daya. Baginya tubuh itu pertama dan terutama adalah subjek yang mengalami. Dia menyodorkan ke hadapan kita makna terdalam dari menjadi-manusia (baca: perempuan) adalah menjadi tubuh yang mampu mengalami gegat penggalih, mengatasi luka (pain) dan alienasi diri, kemudian menjelmakannya sebagai—dalam ungkapan Bu Cupuk sendiri—ruang permenungan sekaligus siasat untuk bertahan hidup.

 

(Kris Budiman)

 

Art Work

[nggallery id=74]

Art Exhibition “FRIENDSHIP” of D’nyon2 n’ D’nyin2 by Septi Asri Finanda & Kadek Primayudi @ Sangkring Art Project

 

Sabtu, 29 Maret 2014
Saturday, March 29th 2014
 Pukul 19.00 wib
at 7.00 pm
Officiated by:
Koni Herawati
FRIENDSHIP

Pameran tunggal www.dnyonnyin.com merupakan pameran pertama sebagai upaya untuk kembali memperkenalkan karakter D’nyon2 n’ D’nyin2 (baca: de nyon nyon en de nyin nyin) yang selama ini teraplikasi dalam produk fashion. “Friendship of D’nyon2 n’ D’nyin2” merupakan penggambaran dari kedekatan hubungan kedua karakter yaitu D’nyon2 n’ D’nyin2 yang memiliki cerita kehidupan. Dua karakter ini tercipta dari persahabatan kreatornya yaitu Septi Asri Finanda (Septi) dengan teman semasa kuliahnya yaitu Setyo Eko Widodo (Dodo) sejak tahun 2005. Karakter ini diciptakan pada tahun 2008 dan mulai diperkenalkan ke masyarakat Yogyakarta dengan mengikuti Festival Kesenian Yogyakarta 2010.

Pada pameran ini mengikutsertakan dua peserta pameran yaitu Septi Asri Finanda sebagai kreator karakter dan Kadek Primayudi sebagai desainer grafis lepas yang akan merespon kedua karakter sebagai object eksplorasi. Karya-karya yang akan ditampilkan merupakan respon secara visual terhadap karakter moral dan pikiran yang dimunculkan oleh Septi seperti kelucuan, kegembiraan, kesedihan dan sebagainya. Oleh karena itu, Kadek, sebagai perespon harus mengetahui peran kedua karakter tersebut.

Friendship yang bermakna kedekatan hubungan, tidak hanya terjalin antara dua teman, tapi bisa muncul dari kedekatan dalam hubungan keluarga, antara Ayah dan Ibu, orang tua dan anak, maupun kakak dan adiknya. Kedekatan dari kedua karakter ini menjadi strategi bagi www.dnyonnyin.com untuk memposisikan merek dengan konsumen melalui aplikasi karakter ke dalam produk seperti tas, t-shirt, dompet, batik dan sebagainya. Kedekatan inilah yang ingin selalu dipertahankan sebagai benefit dan diperkuat melalui tagline www.dnyonnyin.com yaitu “Love Everybody Around You”.

Semoga pameran ini memberi makna yang lebih dari sebuah persahabatan dan mengajak kita untuk merangkul orang di sekitar kita.

 

ArtWork

[nggallery id=73]

 

Art exhibition “STORY TELLING” @ Sangkring Art Project

Group Exhibition

“STORY TELLING ”

Agni Saraswati, Ajar Ardianto, Akbar Hidayat, Dedi Irawan, Chrisna Bayu S, Haqiqi Nurcahyo, Lingga Ami L, Lukman Edi Santoso, Mieke Natalisa, Nur Wiryanto a.k.a Emprit, Ragil Surya Mega, Syamsul Ma’arif

Opening : Wednesday, February 26 2014  19.30 wib
Exhibition current until : March 9 2014

STORY TELLING 

            Karya seni yang ada di tengah-tengah masyarakat kita saat ini, bukan begitu saja hadir dan dihadirkan sebagai suatu pelengkap saja. Karya seni yang ada adalah suatu kesatuan yang utuh bagian dari masyarakat itu sendiri. Hadir lewat sebuah proses, karya seni seringkali dinilai hanya dari sudut pandang objektif saja yang melihat karya seni sebagai benda seni semata, bukan sebagai hasil dari sebuah proses. Orang acap kali menyamaratakan nilai suatu karya seni yang mereka temui tanpa secara lebih mendalam memaknai tentang bagaimana proses pewujudnyataan sebuah gagasan artistik yang kemudian dimunculkan dalam wujud karya seni yang dapat dinikmati masyarakat awam pada umumnya.

            Nilai yang terkandung dalam tiap-tiap karya seni jelas berbeda satu sama lain. Hal ini didasari oleh berbagai latar belakang yang membentuk karakter dari karya seni itu sendiri. Entah dari sang seniman sebagai pelaku seni, muapun dari lingkungan di mana seniman dan karyanya ini hidup dan dibentuk. Berbagai peristiwa serta fenomena yang terjadi di sekitar, adat istiadat, mainstream yang tengah hangat berkecamuk di tengah masyarakat memberikan pengaruh yang begitu kuat dalam pembentukan nilai dari suatu karya seni. Karya seni yang hadir dari sebuah proses, inilah yang menjadi gagasan utama yang ingin diketengahkan dalam pameran Storytelling ini.

            Storytelling, menceritakan kembali sebuah cerita. Bercerita, sebuah kebiasaan yang seolah sudah mendarah daging dalam kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari bangun tidur sampai waktu kita akan kembali tidur, kehidupan kita sarat dengan cerita. Obrolan yang terjalin dengan teman di sekolah, di lingkungan kampus, di masyarakat, dan dimana pun kita berada, hampir setiap saat kita melakukan aktivitas bercerita. Bercerita tidak hanya dapat dilakukan lewat media lisan saja tetapi juga bisa dilakukan melalui beragam media lainnya, diantaranya adalah penyampaian cerita melalui media seni (dalam hal ini karya seni). Setiap karya seni yang digubah oleh masing-masing seniman memiliki cerita mereka masing-masing yang berbeda antar satu dengan yang lainnya. Baik dari latar belakang, maupun berbagai aspek kekaryaan lainnya.

            Pameran yang digagas oleh sekelompok perupa muda yang berada dalam sebuah naungan institusi seni rupa, Institut Seni Indonesia  Yogyakarta ini  mencoba  menghadirkan sebuah pameran yang mengemas tidak hanya karya seni yang diciptakan oleh masing-masing perupa, tetapi juga proses penggubahan karya seni itu sendiri sebagai bagian utama dari pameran ini. Bermula dari obrolan ringan di kala senggang, yang dibalut dengan canda tawa dan guyonan hangat,  dari sanalah ide pameran ini digagas.

            Pameran ini mengemas karya 12 perupa muda ke  dalam sebuah pameran kolaborasi yang menampilkan tidak hanya lukisan ataupun drawing, tetapi juga karya patung,dan instalasi. Pameran ini menyuguhkan karya dari masing-masing perupa muda,lengkap dengan dokumentasi dari proses pembuatan karya. Dokumentasi yang dihadirkan dalam pameran ini bukan sekedar bahan dokumentasi semata. Akan tetapi, sebagai suatu bagian kesatuan yang utuh dengan karya seni yang digubah oleh masing-masing perupa.

            Pameran ini menyuguhkan karya-karya seni lukis dan drawing dari mahasiswa jurusan Seni Lukis ISI Yogyakarta, diantaranya karya  Haqiqi Nurcahyo, Akbar Hidayat, Lingga Ami L., Lukman Edi S., Ragil Surya M., Syamsul Ma’arif, Dedi Irawan, Agni Saraswati, dan juga Mieke Natalia R. Tidak ketinggalan pula karya seni patung dari mahasiswa patung ISI Yogyakarta,  Ajar Ardianto dan Nurwiyanto.

            Lepas dari keanekaragaman karakter dari masing-masing perupa dan karyanya yang dipamerkan dalam pameran ini, pameran ini adalah sebuah kesatuan dari proses berkarya dari masing-maisng perupa. Bertolak dari sebuah kesadaran bahwa karya seni hadir sebagai sebuah proses, demikianlah perupa-perupa muda ini akan terus berproses, lagi dan lagi dan terus dan lagi…

            Semoga semangat untuk terus berproses yang diusung oleh perupa-perupa muda yang tergabung dalam pameran ini dapat terus diproses lebih lanjut, bahkan oleh pecinta seni yang lain, entah oleh perupa ataupun para penikmat seni pada umumnya. Sehingga dunia seni rupa Indonesia khususnya, boleh semakin dibangun dan semakin maju, terus berproses dari waktu ke waktu.

Salam sahabat,

Mieke Natalia R.

 

Art Work

[nggallery id=71]

Dokumentasi Display

[nggallery id=72]

 

Solo Exhibition “Texture Structure II” Anggar Prasetyo & “Lakon II” Laksmi Shintaresmi @ Sangkring Art Space

Solo Exhibition

Anggar Prasetyo & Laksmi Shintaresmi

” Texture Structure II & Lakon II ”

Opening : Friday, February 14th 2014  7.30 Pm
Exhibition current until : March 3th 2014

Texture Structure II

       Texture adalah sifat khas suatu permukaan sebuah bentuk, structure bermakna sebagai cara mencipta, membangun, atau memandu beberapa bentuk. “Salah satu nilai seni” terletak pada elemennya itu sendiri, Persoalan seni rupa adalah persoalan (elemen visual) seni rupa itu sendiri. Karenanya, mengolah elemen visual adalah cara untuk menekankan bahwa seni rupa itu untuk mata, sebagai “apa yang tampil” bukan tentang “apa yang dihadirkannya”

Lakon II

     Sesulit apapun jalani saja hidup ini dengan lapang dan sumeleh, mawas diri, kesabaran dan ketenangan batin. Hidup hanya sekali, jadilah lakon/pemeran, janganlah jadi penonton. Jadilah lakon/pemain “yang berarti” bukan penonton yang “kosong”

Art Work Anggar Prasetyo ” Texture Structure II “

[nggallery id=67]

 

Art Work Laksmi Shitaresmi ” Lakon II “

[nggallery id=68]

Display Pameran

[nggallery id=69]

 

Finishing Display Pameran

[nggallery id=70]

Solo Exhibition Dwi Setianto : ” Lukisan dan Gambar ” @ Sangkring Art Project

 

Solo Exhibition

Dwi Setianto

“Lukisan dan Gambar”

Opening : Monday, February 3 2014  7.30 Pm
Exhibition current until : Februari 18 2013

 

 lukis dan Gambar” 

Satu hal yang ingin aku sampaikan dlm pameran ini adalah Aku ingin melukis,menggambar, membuat objek. Kegiatan tersebut memberikan kesehatan mental bagiku, disana adalah tempatku membebaskan energi yang ada.
Beberapa hal yang bisa menjadi dorongan dalam berkarya, diantaranya tempat, orang.
Tempat sangat banyak memberikan inspirasi untuk berkarya. Tempat juga mempengarui saya dalam mewujudkan karya.
Tempat mempunyai energi berbeda beda dan itu saya mau hormati.
Orang (pertemuan)menginspirasi saya berkarya. Melalui obrolan, diskusi yang akhinya bisa memberikan spirit untuk berkarya. Salah satunya dalam pameran ini yang rencananyasaya hanya ingin menampilkan lukisan dan gambar,tapi secara tidak sengaja saya bertemu dan berkenalan dengan seorang seniman (wukir) yang tertarik berkolaburasi membuat satu karya dengan saya, dan saya bersedia. Karena saya merasakan ada sebuah hal positif yang bisa disatukan dan bisa kita sajikan pada pecinta senirupa jogya.
Dan ada beberapa karya lain yang terwujud karena pertemuan dengan seseorang .

Pameran kali ini adalah pameran tunggal saya yang ke tiga di indonesia. Sejak taun 1996 saya berdomosili di finlandia, dan saya masih merasa masih mempunyai ikatan emosional yang kuat dengan indonesia. Saya juga masih berkeinginan untuk berkarya dan berbagi energi estetik dengan teman-teman dan pecinta seni di indonesia jogya khususnya.
Tidak ada satu statement yang bisa saya sajikan dipameran ini, karena saya masih merasa sebagai pengembara di musim hujan di negeri ini.

Satu karya di pameran ini adalah hasil kolaburasi dengan Wukir.bantuan teknis elektronik oleh igbal sangkakala dan beberapa teman lain dalam pengerjaan fisik karya.

Dwi setianto

 

Dokumentasi Display

[nggallery id=66]