Sangkring Art | Blog Large Image Whole Post
18956
paged,page-template,page-template-blog-large-image-whole-post,page-template-blog-large-image-whole-post-php,page,page-id-18956,page-child,parent-pageid-1815,paged-18,page-paged-18,ajax_updown_fade,page_not_loaded,,select-theme-ver-3.4,stockholm-kudaterbang-net,wpb-js-composer js-comp-ver-4.12.1,vc_responsive

Pameran Art After Art Day

Foto Pembukaan

Dalam perjalanan menempuh jenjang studi S2, mahasiswa Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia angkatan 2006 merasa bahwa tumbuh kembang dan alur berkesenian masing-masing individu yang tergabung di dalam angkatan tersebut perlu mendapatkan ‘orgasme’ estetis dan pencapaian total ending yang menggugah selera berkesenian dunia luar ISI. Karya-karya puncak yang dihasilkan harus mampu memberi sumbangsih yang nyata dalam ranah berkesenian secara global.

Secara akademik pencapaian karya puncak tersebut terwadahi dalam Ujian Tugas Akhir, namun itu hanya terbatas pada penilaian dalam ranah akademik yang ditentukan dalam nilai dan abjad. Ekses yang diharapkan muncul di masyarakat masih tipis dan terbatas. Penilaian sebetulnya bukan hanya diukur dari sekedar nilai A, B atau C, tapi lebih kepada tanggapan masyarakat dalam melihat, mencermati, menikmati dan mengapresiasi karya-karya tersebut dalam ruang yang lebih luas bahkan dalam tinjauan yang lebih membuka berbagai prespektif yang mengundang wacana baru di masyarakat pecinta seni. Sehingga, nilai berkesenian para mahasiswa PPs ISI angkatan 2006 ini setidak-tidaknya mampu memberi arti dan sedikit goncangan dalam ranah budaya seni yang maha luas ini.

Untuk itulah kami menyelenggarakan sebuah event yang kami beri tajuk Art After Artday, kami berkeyakinan bahwa event ini akan mampu merangkum totalitas ‘orgasme’ estetis mahasiswa tersebut di samping mampu membuka kesadaran masyarakat dan para pelaku serta pecinta seni untuk lebih mengenal karya nyata, kehebatan, totalitas berkesenian, keberadaan dan sumbangsih para seniman dan peneliti seni melalui mahasiswa PPs ISI Yogyakarta angkatan 2006.  Disamping itu, event Art After Artday menjadi semacam titik tolak yang memotivasi setiap individu yang berada dalam lingkup mahasiswa angkatan 2006 PPs ISI Yogyakarta untuk tetap mempertahankan kegairahan berkeseniannya secara terus menerus dan berkelanjutan sebagai sebuah dogma dan nafas hidup yang tiada henti. Sehingga ranah dunia seni nusantara semakin berwarna, variatif dan lebih inovatif dengan karya-karya yang dihasilkannya.

Karya Art After Art Day

JEDA

JEDA
Oleh Robet Kan dan Nanang W
Pembukaan : 20 Juli – 5 Agustus 2008
Pameran dibuka oleh : Bpk. Ong Hari Wahyu

JEDA dalam derasnya ide-ide
Oleh: Barahasti
Jeda, merupakan waktu berhenti sebentar dari segala hal yang sedang dilakukan, waktu berhenti sebentar membebaskan otak untuk berfikir, waktu berhenti sebentar mengistirahatkan tubuh, waktu berhenti sebentar berbicara merilekskan otot-otot mulut, waktu berhenti sebentar menikmati segala yang ada. Mungkin juga Jeda adalah sebuah refleksi menelaah diri lebih dalam. Jeda, waktu berhenti sebentar dari apapun.
Jeda merupakan Judul puitik yang dipilih oleh dua pematung Robert Kirwanto (Sleman 1979) dan Nanang W (Klaten 1976) untuk pameran seni patungnya kali ini. Jeda untuk sekedar menbicarakan secara visual persoalan personal hingga persoalan sosial, Jeda untuk berenang-renang melawan arus konvensi seni patung, jeda untuk menjumputi gagasan-gagasan yang sering terpinggirkan. Ketika mereka penulis Tanya Kenapa Jeda? Mereka jawab,  “karena paling pas”. Jawaban tersebut menyeret paksa penulis untuk melihat lebih dekat ketika mereka berproses, dari hanya sekedar ngobrol ditemani anggur fermentasi hingga berjalan-jalan keluar studio, dari teh Pugeran sampai ke desa seni Nitiprayan. Bagi Robert dan Nanang yang menyandang fresh graduated dari Institut Seni Indonesia Yogyakarta, saat ini merupakan Jeda, berhenti sebentar setelah menamatkan studi mereka untuk selanjutnya menghadapi dunia nyata. Jeda yang membuat keduanya ingin balas dendam menuangkan deras ide-ide dari otak yang begitu penat tertahan. Dalam berproses, mereka mengaku bahwa siapapun, apapun diluar diri dan otak mereka adalah guru. Guru yang mampu mengajarkan sesuatu. Ketika mereka singgah kestudio-studio perupa, berbincang dengan orang dipinggir jalan atau bertemu sahabat, serta merta mereka mengubah diri menjadi spons yang berusaha sekuat mungkin menyerap ilmu-ilmu dunia. Kemudian memikirkan ulang, mengkolaborasikan paradigma, memaknai  referensi, mengendapkan satu-persatu keliaran ide, saling berbincang kembali, hingga mengeksekusi ide-ide tersebut dalam karya-karya seni patung mereka.
Narasi Karya dalam pameran ini cukup beragam. Namun Jeda dalam derasnya ide-ide, Jeda dalam himpitan waktu, Jeda dalam pertarungan pemikiran, adalah jeda-jeda yang melahirkan hampir keseluruhan Karya Robert dan Nanang W dalam pameran ini. Robert berusaha memvisualkan refleksi, membolak-balikkan figur, menggabungkannya dengan material disekitarnya, mengeksplorasi efek alumuniun, serta menambahkan warna-warna manis. Selain itu, Robert memain-mainkan idiom kata seperti dalam karyanya yang berjudul “Kamu tahu?” kanvas bergambar makanan tahu ia tusuk dengan garpu, secara visual memperlihatkan makanan tahu yang akan dimakan, sedangkan secara linguistik bertanya apakah anda paham akan sesuatu. Pada pameran Jeda ini, Nanang W mengklaim bahwa karya-karyanya yang memang terlahir dari Jeda, (ia mengeksplorasi gelas) tidak mempunyai tendensi untuk memojokkan sesuatu atau seseorang, ataupun memvonis mati Jeda. Namun benar-benar ia ciptakan ketika Jeda merajai waktunya. Pada karyanya yang berjudul “mayoritas diam” Nanang mensekrup gelas-gelas sloki ke papan kayu dengan posisi telungkup yang menggambarkan ke”diam”an. Hanya ada satu gelas yang disekrup dengan posisi normal seperti mau diisi. Memperlihatkan hanya ada satu yang berani menyuarakan pendapatnya.
Kepada Oom Robert dan Oom Nanang, Apapun idiom kata atau bahasa visual yang dipilih. Tetaplah beringas, Lintasi, tembuslah batas-batas jeda yang ada, dan Selamat Berpameran.

* Barahasti seorang kawan dan sahabat yang masih berusaha menyelesaikan Tugas Akhirnya di jurusan seni murni, minat utama seni grafis, Institut Seni Indonesia.